Tjipta Lesmana Dibikin Pusing Akibat Tindakan Moeldoko

Tjipta Lesmana Dibikin Pusing Akibat Tindakan Moeldoko

voa-islam.com

 

Tjipta Lesmana Dibikin Pusing Akibat Tindakan Moeldoko – Pengamat Komunikasi Politik Tjipta Lesmana menyoroti langkah Moeldoko, Kepala Kantor Kepresidenan (KSP), yang berkunjung ke Sibolangit di Seliangang, Sumatera Utara pada awal Maret lalu. Mengadakan pertemuan khusus (KLB) selaku ketua umum Partai Demokrat (PD). Guru besar ilmu komunikasi itu mengemukakan aksi politik Moeldoko untuk merebut PD merupakan sinyal kuat bahwa Indonesia kembali ke masa kegelapan di masa orde baru. Jipta meyakini partai politik yang dibentuk masyarakat merupakan bagian penting dari demokrasi. “Oleh karena itu, partai politik sangat penting, bahkan dalam sistem demokrasi.”

Tjipta Lesmana Dibikin Pusing Akibat Tindakan Moeldoko

hillbuzz – Penerima gelar master bidang komunikasi dari University of Chicago ini menegaskan bahwa negara tanpa partai politik tidak dapat disebut sebagai negara demokratis. Pasalnya, partai politik harus beroperasi sesuai dengan tujuan dibentuknya, yaitu mengontrol pemerintah dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Jeepta kemudian mengutip pernyataan filsuf Yunani Aristoteles tentang manusia sebagai kehidupan politik atau politik yang homogen. Sebagai politisi, manusia bercita-cita untuk mendapatkan kekuasaan. Berdasarkan Tjipta, penguasa sekarang yang menginginkan berkuasa secara terus-menerus tak mau menjalankan fungsinya selaku pengontrol kekuasaan yang semestinya.

Apa Itu Orde Baru?

Orde Baru (biasa disingkat Orba) adalah istilah yang digunakan oleh Presiden Soeharto pada masa pemerintahan Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang mengacu pada era Soekarno. Kelahiran orde baru diawali dengan keluarnya ordo pada 11 Maret 1966.  Orde baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam kurun waktu tersebut, perekonomian Indonesia berkembang pesat, meski di saat yang bersamaan korupsi merajalela.

Baca Juga : Survei Dari BI, Indonesia Akan Alami Inflasi Di Bulan Maret

Meskipun merdeka, Indonesia berada dalam keadaan yang relatif tidak stabil pada tahun 1950-an dan 1960-an. Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, situasi politik dan ekonomi Indonesia tetap tidak stabil akibat persaingan yang ketat antar kelompok politik. Keputusan dari Soekarno buat  mengganti sistem parlementer dengan demokrasi terpimpin memperburuk kondisi tersebut dengan mengintensifkan persaingan antara angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia, yang kemudian berencana mempersenjatai diri. Sebelumnya, peristiwa gerakan 30 September terjadi dan berujung pada pengusiran Partai Komunis Indonesia dari Indonesia. Sejak itu, kekuatan Soekarno berangsur-angsur melemah.

Asal Mula Pandangan Orde baru di Mata Masyarakat

Orde baru lahir pada tahun 1966 ketika Orde Sebelas Maret (Supersemar) dikeluarkan dan sesudah itu menjadi dasar keabsahannya. Orde baru bertujuan memulihkan kemurnian pelaksanaan “Pancasila” dan UUD 1945, serta memulihkan seluruh tatanan kehidupan bangsa, bangsa, dan negara.

Kelahiran Supersemar berlangsung dalam rangkaian peristiwa pada 11 Maret 1966. Saat itu sedang berlangsung rapat kabinet lanjutan Dwikora yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Pada saat kejadian, para pembantu presiden mengabarkan bahwa istana dikepung oleh pasukan tak dikenal. Untuk menghindari hal-hal yang tidak perlu, Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan pertemuan tersebut kepada Wakil Perdana Menteri (Dr. Waperdam) II. Johannes Leimena (Johannes Leimena) didampingi oleh Dr. Dr. Wakil Menteri Daerah Distrik 1, ke Istana Bogor. Usai persidangan, Lemena sendiri mengikuti sang presiden.

Di tempat lain, tiga petinggi yakni Mayjen Basuki Rachmat, Brigjen Yusuf, dan Brigjen Amir Machmud bertemu dengan Letnan Jenderal Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Komando Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. (Pangkopkamtib) membutuhkan izin. Hadapi presiden. Setelah mendapat izin, ketiga petinggi itu datang ke Istana Bogor pada hari yang sama dengan tujuan untuk melaporkan situasi di ibu kota Jakarta, guna membujuk Presiden Soekarno agar mengatakan bahwa ABRI, khususnya TNI AD, dalam keadaan siaga. Namun, mereka juga meminta Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk menyelesaikan situasi tersebut.

Menanggapi permintaan tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah kepada Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Suharto, memintanya untuk mengambil tindakan guna menjamin keamanan, ketentraman dan stabilitas pemerintahan serta untuk menjamin keutuhan negara. dan Republik Indonesia. Penyusunan ordo tersebut dibantu oleh tiga petinggi ABRI, yakni Mayjen Basuki Rachmat, M. Brigjen Yusuf, Brigjen Amir Machmud dan Komandan Pengawal Presiden Cakrabirawa Brigjen Sabur (Maret 1966 atau Supersemar).

cnnindonesia.com

Sebagai tindak lanjut dari Perintah 11 Maret, Letnan Jenderal Soeharto melakukan sejumlah tindakan. Pada 12 Maret 1966, ia mengeluarkan ketetapan yang memuat pembubaran dan pelarangan Partai Komunis Indonesia serta kelompok dan organisasi sejenis yang bergerak dalam kegiatan atau bermukim dan bermukim di Indonesia. Belakangan, Ketua / Panglima ABRI ABRI / Mandataris mengeluarkan MPRS No.1 / 3/1966 pada 12 Maret 1966 untuk memperkuat putusan ini. Keputusan pembubaran Partai Komunis Indonesia dan ormas-ormasnya disambut baik dan didukung karena merupakan salah satu realisasi Tritura.

Pada tanggal 18 Maret 1966, Soeharto mendapat dukungan dari 15 menteri yang diyakini ikut serta dalam gerakan 30 September, dan akhlak baiknya dipertanyakan sebagaimana dituangkan dalam Keppres No.1. 5 Maret 1966. Dia kemudian mereformasi kabinet Devi Kola, menyempurnakan kabinet, dan membersihkan legislatif, termasuk MPRS dan DPRGR, untuk memisahkannya dari yang dianggap terlibat dalam gerakan 30 September. Keanggotaan Partai Komunis Indonesia di MPRS dinyatakan tidak berlaku. Peran dan status MPRS juga telah dipulihkan sesuai dengan UUD 1945, yaitu di atas Presiden, bukan sebaliknya. Sebanyak 62 anggota DPRGR sendiri dipecat. Soeharto juga memisahkan posisi kepemimpinan pemerintah Republik Demokratik Rakyat dari posisi administratif sehingga posisi kepemimpinan pemerintah Republik Demokratik Rakyat tidak lagi menjabat sebagai menteri.

Hasil rapat paripurna MPRS keempat menjadi dasar awal pembentukan orde baru, dan diyakini telah berhasil memenuhi dua tritura rakyat, yaitu pembubaran Partai Komunis Indonesia dan pembersihan Bangsa Indonesia. Partai Komunis. Anggota kabinetnya berasal dari Partai Komunis Indonesia.

Selain dibubarkan dan dibersihkan, kader-kader Partai Komunis Indonesia juga dibantai, khususnya di pedesaan Jawa. Pembantaian ini tidak hanya dilakukan oleh angkatan bersenjata, tetapi juga dilakukan oleh rakyat biasa yang bersenjata. Selain kader, ribuan PNS, ilmuwan, dan seniman yang diyakini terlibat juga ditangkap dan dikelompokkan sesuai tingkat partisipasinya dengan Partai Komunis Indonesia. Beberapa orang diasingkan ke Pulau Bulu, sebuah pulau kecil di wilayah Maluku. Setiap 30 September, pemerintah akan menayangkan film yang menggambarkan Partai Komunis Indonesia sebagai organisasi yang keji.

Baca Juga : PDIP Surabaya: Nyepi Adalah Kekuatan untuk Menyucikan Jiwa dan Raga

Untuk memenuhi persyaratan ketiga Trituras tersebut, Soeharto membentuk kabinet baru berdasarkan MPRS No. XIII / MPRS / 1966, yang disebut Kabinet Ampé. Tugas utama Kabinet Ampere adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan politik yang disebut juga Kabinet Devi Dama Ampere. Rencana kerja yang diprakarsai oleh Kabinet Ampera disebut Caturkarya, Kabinet Ampera

Kabinet Ampere dipimpin oleh Presiden Sukarno, tetapi dieksekusi oleh presidium kabinet yang dipimpin oleh Jenderal Soharto, yang mengakibatkan dualisme kepemimpinan, yang merugikan stabilitas politik saat itu.

Saat itu Sukarno masih memiliki pengaruh politik, tetapi kekuasaannya lambat laun melemah. Pihak militer, terutama yang berpendidikan di negara-negara Barat, menentang kebijakan pemerintah Sukarno yang menjaga hubungan erat dengan Partai Komunis Indonesia. Bantuan keuangan dari Uni Soviet dan Cina juga meningkatkan kekhawatiran bahwa Indonesia menjadi negara komunis.

Blog Isu Terkini